RSS

Superhero yg makin tidak super

Superhero yg makin tidak super Feb 17, ’09 6:14 AM

Dimajalah Sequen #1 ada artikel yg berjudul Godam: pahlawan super atau mistik. Disitu diceritakan bahwa tokoh Godam dibuat lebih manusiawi oleh kreatornya dgn menghilangkan sebagian kekuatan supernya (yaitu kebal senjata) dgn demikian ceritanya menjadi semakin menarik. Disitu juga dicontohkan tokoh superhero Wolvarine, yg juga dihilangkan sebagian kekuatan supernya, dgn melepaskan logam adamantium dari tulangnya. Saya bukannya mau membahas masalah “kemistikannya” Godam tapi hal lain yg dari dulu sudah menggelitik saya.

Dulu waktu saya kecil, dgn keterbatasan komik yg saya punya apalagi komik2 impor, saya suka tokoh Superman. Kenapa? Karena Superman hebat banget, selain bisa terbang, dia juga tidak mempan di tembak, bisa bergerak cepat, punya mata sinar laser merah, punya pandangan yg mampu menembus tembok. Pokoknya banyak banget deh kekuatan supernya yg dia punya sehingga dia dgn mudah dapat mengalahkan musuh2nya. Awalnya saya senang sekali punya tokoh yg hebat banget dan dapat mengalahkan musuhnya dgn amat mudah, tapi koq lama-lama jadi enggak seru ya kalau jagoannya begitu gampang mengalahkan musuhnya. Mungkin lebih seru kalo ada adegan tegangnya misalnya jagoannya ketangkep, disiksa, hampir kalah, dan seterusnya pokoknya si jagoan itu harus berjuang keras dulu sebelum akhirnya jagoannya yg menang (sebetulnya pembaca sadis juga ya, senang jagoannya mengalami perjuangan berat dulu sebelum mengalahkan musuhnya).

Hal ini rupanya memang sudah disadari betul oleh kreator jagoan itu, maka dibuatlah “kelemahan” utk si jagoan itu. Superman yg sangat hebat itu ternyata tidak berdaya menghadapi batu kryptonit, batu yg diambil dari planetnya yg meledak. Dgn adanya kelemahan itu, Superman dapat dikuasai musuh2nya dan….ceritanya jadi lebih seru dan menarik. Bahkan ketika popularitas Superman mulai menurun, demi mendongkrak penjualan komiknya, si empunya cerita sampai “tega” untuk membunuh Superman, walaupun akhirnya dihidupkan kembali. Jadi superhero dibuat makin lama makin tidak “super” lagi. Resepnya dgn menghilangkan sebagian kekuatan supernya atau menciptakan kelemahannya atau menciptakan musuh atau tokoh2 lain yg lebih sakti.

Resep ini juga digunakan pada cerita-cerita superhero lainnya, termasuk spt yg dicontohkan oleh Pak Suryo di atas dan terbukti dgn dibuatnya tokoh superhero yg makin tidak super dan manusiawi, para pembaca menjadi bersimpati kepada tokoh2nya. Film Spiderman 2 kabarnya meraup penghasilan yg lebih besar daripada Spiderman 1. Pengamat film mengatakan bahwa dalam film Spiderman 2, si jagoan terasa lebih manusiawi. Memang kekuatan supernya Spiderman tidak banyak. Hal inilah yg menjadikan Spiderman lebih manusiawi dan lebih populer. Ingat adegan Spiderman ketika mencoba menghentikan laju kereta api dgn segala kekuatannya, sampai akhirnya topengnya terbuka. Spiderman mendapat banyak dukungan dan simpati dari para penumpang kereta api, bahkan ketika mereka melihat wajah Spiderman mereka bersumpah akan merahasiakan hal itu kepada wartawan. Adegan itulah yg banyak mengundang simpati penonton.

Di Indonesia, resep itu juga sudah digunakan sejak lama oleh para kreator superhero. Gundala putra petir misalnya, yg kekuatan supernya terbatas dan banyak kelemahannya, peranannya sebagai jagoan yg mampu mengalahkan musuhnya seorang diri semakin memudar, karena musuhnya semakin cerdik. Gundala tidak secerdik musuh2nya. Di judul Dokumen Candi Hantu, Gundala mampu menggulung komplotan penjahat seorang diri tapi di judul Pangkalan Pemunah Bumi, Gundala mungkin sudah tamat kalau tidak ditolong oleh superhero cilik Kalong. Dalam cerita Istana Pelari, Gundala juga dibantu oleh Herbintang, superhero yg mampu mengeluarkan api dari mulutnya. Gundala bahkan tidak mampu berbuat apa2 ketika menghadapi Ki Wilawuk, yg tidak bisa mati kecuali dgn senjata sejenis cambuk. Di beberapa judul lainnya juga diceritakan bahwa Gundala berjuang bersama beberapa temannya sesama superhero untuk mengalahkan musuh2nya.

Demikian juga dalam cerita Gina. Jika pada judul2 awal, diceritakan Gina mampu mengalahkan musuh2nya seorang diri, maka di judul2 akhir, kreatornya menciptakan musuh2nya yg lebih sakti drpd Gina atau Gina dibantu oleh tokoh2 lain yg lebih sakti, jadi Gina semakin kelihatan “biasa” dan tidak terlalu “super”lagi jika dibandingkan dgn tokoh2 yg lebih sakti.

Jadi untuk membuat cerita yg seru, buatlah tokoh superhero yg manusiawi dan makin tidak “super”lagi.

Salam,
Sandy

Diambil dari : Sandy di Multiply

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 4, 2011 inci Blog Temanku

 

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Februari 14, 2008 inci Uncategorized